Selasa, 03 Maret 2009

Melindungi Istri, tanpa diketahui

Tanggal 1 Maret 2009, saya dan keluarga datang ke MKG (Mal Kelapa Gading) tujuan kami adalah membeli hadiah Ulang Tahun anak teman istri. Setelah mencari tempat parkir dengan susah akhirnya kami mendapatkannya di B1. Masuk ke mal melalui eskalator menuju lantai G.

Dilantai G kami melewati Paper store dan melihat stand pameran (promosi) kompor (alat - alat rumah tangga) merk AOWA. Singga disana melihat-lihat dan mendengar informasi yang diberikan oleh SPB (sale promotion boy) tentang Harga dan produk yang ditawarkan. Dan kebetulan kami berencana akan menempati sebuah Apartemen di Gading Nias tahun depan, nah apa salahnya kami mencari informasi tentang kebutuhan rumah tangga yang sesuai dengan minimnya ruangan di apartemen.

Istri saya sangat senang melihat fisik kompor listrik. "Apa ada alat untuk membuat nasi tim, mas" istri menanyakan. Dua orang SPB sibuk mencarikannya "Apa seperti ini ibu" kata SPB yang berbadan kecil kurus. "Bukan, yang bisa membuat nasi tim, merebus kue atau siaomay, yang berssusun." kata istri.
"Oh yah saya tahu alat itu" kata SPB yang kurus tinggi. Dia lalu pergi berlari, dan tak dalam hitungan menit dia sudah datang dan membawah satu alat rebus lengkap.
"Nah alat memasak ini pasti yang ibu cari" katanya. "Yang ini untuk merebus, airnya diletakkan disini. Sedang nasi timnya diletakan di tempat yang berlubang".
"iya alat ini bagus sepertinya" kata saya.
Istri saya berkata "Mas, saya ragu apa alat ini yang pernah saya lihat di rumah sepupu saya di Surabaya" "Sebentar saya telepon dulu ke Surabaya"
"Iya alat ini bagus sekali ibu sangat banyak orang yang memakainya" kata SPB kurus kecil
"Betul ibu, sayang sekali kalau ibu tidak beli karena ada promosi nih" kata SPB kurus tinggi
"Berapa mas, harganya?" tanya saya.
"Rp. 4,8 juta pak" kata SPB kurus tinggi
Saya hanya diam dan tidak yakin dengan harga yang diberikan. Hati saya berkata harganya terlalu tinggi.
"Kalau kompor listrik itu berapa mas? tanya saya
"Kalau kompor ini terbuat dari bahan keramik yang cukup berkualitas, maka harganya Rp. 7 juta lebih pak" kata SPB kurus kecil.
"Wah, mahal juga yah" Cetus saya.

"Ayo Mam, kita pergi cari kado aja" ajak saya ke istri.
Istri saya masih berbincang-bincang dengan sih SPB dan saya berlalu dengan anak saya. Lama juga saya menunggu istri tidak juga beranjak pergi dari mereka. 10 menit kemudian masih berbincang-bincang belum ada prubahan, baru berikutnya istri saya dipanggil oleh SPB kurus tinggi.

"Ibu dapat hadiah undian kompor listrik" kata SPB kurus tinggi
"Wah asyik sekali ibu, hanya 50 orang loh. Ibu orang ke 20" kata SPB kurus kecil sambil ketawa.
Istri sangat senang dan bangga, beruntung sekali hari ini dapat hadiah kompor listrik (dalam hati yang sedang diidam-idamkan). SPB mebawah istri saya ke meja tempat transaksi lalu diajaklah ngobrol dan ada satu SPG (girl) yang ikut nimbrung ("atau atasannya kali" pikir saya). Saya penasaran kenapa istri begitu ceriah dan gembira saya datang mendekat dan mendengar apa yang diobrolkan.
"ibu dapat hadiah kompor listrik dan ditambah satu set magic cooker (alat rebus/masak sayur serba guna), jika ibu membeli salah satu barang dari daftar disini" SPG sambil menujuk ke buku.
"Ini ada ion water, murah dan mudah dipakainya" kata SPG melanjutkan
"Berapa harganya?" tanya istri
"7 juta lebih, ibu" kata SPG
"Wah mahal, tapi saya tidak membutuhkannya tuh" kata istri
"Kalau ini bagaimana?" SPG membawah 1 set alat memasak membuat daging menjadi lunak
Istri menjadi tertarik.
"Bagaimana ibu?"
"Berapa harganya" kata istri
"Rp. 6.980.000,00" kata SPG
"Mahal yah" kata istri
"Gampang ibu bisa dicicil dengan Easy Pay CitiBank" kata SPG dan SPB berbarengan
"Pakai bank Mega 6 bulan nol persen" kata SPG
Istri sangat berminat dan lupa bahwa itu semua rayuan dari SPG dan SPB. Tanpa konsultasi dengan saya untuk diskusi perlu atau tidaknya membeli barang itu semua. Dikeluarkannya kartu kredit BCAnya, dan langsung dengan cepat diambil dari tangan istri oleh SPB untuk digesek ke alat transaksi elektronik. SPG dan petugas kasir berkali-kali melakukan proses aproval ke bank tidak sukses (gagal).
"Ibu maaf, ada kartu kredit yang lainnya" kata SPG
"Pap, pakai kartu kredit kamu aja" kata istri
"Ok, pakai yang Citibank aja. Tapi caranya saya ingin yang cicilan selama 3 tahun" kata saya
"Wah tidak kelamaan itu pak" kata SPG
"Pakai aja yang lainnya aja pak" kata SPG.
Dalam hati saya memaksa sekali ini orang, suka - suka saya mau pakai yang mana. Pura-pura berpikir dan menghitung dan dengan tegas saya berkata "Ini kartu kredit saya, dan pakai cicilan 36 bulan" kepada SPG itu saya serahkan kartu kredit.
Saya merasa curiga dengan bentuk proses transaksi yang jauh dari saya, maksudnya alat elektronik bank bersangkutan sangat jauh dari meja kami. Akhirnya saya datang ke kasir, ternyata sudah selesai. (istri tidak mengetahui segala apa yang sedang saya pikirkan, kuatir, takut dan kecewa ama istri serta ingin melindunginya)
"Ini pak, untuk di tanda tangani" kata SPG
Saya lihat struk transaksi kartu kredit yang disodorkan tidak tertera angka atau nilai cicilan perbulan, yang tertera adalah total harga barang yaitu Rp. 6.980.000,00. Pikiran saya langsung bekerja dengan cepat. Nah ini kesempatan saya untuk membatalkan transaksi tersebut dan menyelamatkan istri.
"Saya tidak suka dengan cara anda, tadi anda bicara katanya bisa cicilan, kenapa ditulis 6,980 juta. Saya tidak suka dan tidak terima ini" kata saya sambil membentak dan bicara agak keras. Banyak SPG dan SPB datang kemeja bersangkutan karena suara dari saya yang sangat kencang.
SPG menjelaskan bahwa itu bisa dikonfirmasi ke banknya, tetapi saya masih ngotot dan bahwa saya tidak menerima penjelasan didepan sebelum transaksi berlangsung oleh mereka. Ramai-ramai makin ramai SPG dan SPB berdatangan karena suara saya makin keras (istri mungkin malu dengan cara saya), dan banyak orang yang nonton.
Akhirnya satu orang SPB yang tidak sabaran ngomong "yah udah batalin aja, kalau ga mau konfirmasi ke bank"
"Ok, batal aja deh mas" kata saya. Istri saya jadi malu dan berubah warna mukanya.
Saya lalu mengajak istri untuk segera berlalu dari tempat promosi AOWA tersebut dan mejelaskan ke istri sambil mengajak minum kopi di expresso.
"Kamu masih belum membutuhkannya saat ini kan mam?" kata saya kepada istri
"Masih 1 tahun lagi, nanti setelah 1 tahun kita akan pergunakan. Jika beberapa kali kemudian rusak dan garansi sudah habis karena lewat 1 tahun, bagaimana mam. Sayang kan uang kita"
Istri masih cemberut dan sedikit marah.
Tetapi disini diluar proses saya melakukannya dengan cara yang salah (yaitu membuat keributan dlsb), saya merasa bahwa saya telah melindungi istri dari godaan membeli barang yang belum perlu. Barang elektronik sangat sensetif jadi jika ingin memiliki harus jelas bagaimana purna jualnya, apakah spare part nya tersedia dipasar atau tidak.

Tidak ada komentar: